Catatan Asep Haryono
Sudah sekitar hampir 1.5 tahun saya meninggalkan Pontianak Post dan memutuskan untuk berbisnis air alkali Milagros. Keinginan untuk kembali ke dunia media rasanya sudah tidak terbendung lagi. Akhirnya saat saya sedang browsing kelengkapan neasiswa LN saya mendapati banner lowongan pekerjaan pada portal berita TheTanjungpuraTimes atau biasa disingkat dengan T3 yang dikelola oleh Universitas Tanjungpura (UNTAN) Pontianak.
Dalam banner lowongan pekerjaan itu tercantum dua posisi yang ditawarkan yakni Reporter dan Video Journalist (VJ). Dari syarat dan ketentuan yang dicantumkan sebagian besar saya sudah memilikinya; Pengalaman bekerja di Pontianak Post selama belasan tahunnya rasanya sudah lebih dari cukup untuk saya memberanikan diri melamar pada posisi reporter online seperti yang mereka butuhkan saat itu.
Saya memang memiliki jam terbang di media selama belasan tahun lamanya namun untuk menjadi seorang journalist sungguhan dalam arti memburu berita dan nara sumber adalah sesuaut yang baru bagi saya. Namun disisi lain memburu berita dan membuat liputan sendiri dan mandiri sudah saya lakoni sejak tahun 2015 ya sebagai Jurnalis warga. Seorang Blogger.
Prinsip seorang Blogger adalah menulis dengan media platform berbasis digital yakni sebuah blog. Seorang blogger mempunyai tingkat kemiripan yang sangat tinggi dengan profesi seorang wartawan atau journalist. Memburu berita, melakukan wawancara dengan nara sumber misanya juga dilakukan oleh seorang blogger. Bedanya adalah jika wartawan sungguhan itu Jurnalis atau wartawan sungguhan, blogger adalah Jurnalis warga (Citizen Journalism)
![]() |
TEMAN : Dua anak muda ganteng di sebelah kanan adalah Imam dan Sukardi, dua orang wartawan senior T3. Foto Asep Haryono |
Hanya Bertahan 30 Hari
Singkat cerita saya mulai menjalankan fungsi sebagai seorang pewarta Onlie sejak tanggal 7 September 2017 dan berakhir pada tanggal 7 Oktober 2017. Surat tugas nya memang berlaku hanya 1 (satu) bulan. Surat tugasnya itu sendiri ditandatangani langsung oleh Pemred TheTanjungpuraTimes Syafarudin Ariansyah (Mohon maaf jika salah menuliskan nama, saya mohon dikoreksi- red) atau biasa disapa dengan panggila akrab Bang Udin.
Dengan status Kontriibutor, saya diminta untuk mengirimkan 5 buah berita minimal (Lebih banyak lebih bagus kata mereka) dan dikirimkan melalui email ke redaksi yang ditembuskan kepada emailnya sang Pemred. Karena status saya yang masih kontributor, saya tidak mendapatkan Gaji atau Honor pokok selain nilai per 1 berita diberi harga Rp.****,-.
"Satu berita **** rupiah hanya berita yang layak siar saja" kata Pemred Bang udin saat saya diwawancara dengannya. Dengan demikian jika mengirim berita ternyata tidak layak siar maka akan disimpan atau dipending. Namun dari masa uji coba satu bulan kemarin , berita saya yang layak siar hanya berjumlah 10 berita saja. Jadi saat "gajian" Gaji atau honor saya saat itu 10 berita x **** ribu rupiah = Rp.*****,- dan masih dikenakan PPN lagi walau kecil tetap saja mengurangi. Apa cukup Rp.****** untuk dipakai sebulan?
Transport , bensin dan kuota internet yang saya pakai untuk mengirimkan berita melalui email ke redaksi T3 selama masa uji coba 1 bulan itu saja sudah lebih dari itu-. Jelas tidak imbang. Jelas tidak layak. Seharusnya minimal adalah Gaji atau Honor itu ada atau diberikan minimal menutupi Bensin. Karena reportasenya aja kesana kemari menggunakan motor dan itu memakai bensin. Dengan pertimbangan matang dan hasil diskusi dengan kawan kawan saya, akhirya saya mantap memutuskan keluar (mengundurkan diri) dari kontributor T3. Hanya 30 Hari Mencari Berita saja.
Saya berterima kasih kepada kawan kawan senior saya di T3 bang Imam, Bang Sukardi , bang Rangga (kasir), dan Bang Aswandi. Nama yang saya sebut terakhir selalu memberikan masukan dan kritikan tajam tentu maksudnya baik agar saya lebih fokus dan mengutamakan bobot berita yang dikriimkan
Walau hanya 30 hari namun sensasi sebagai pemburu berita, sebagai seorang journalist sungguhan sudah saya rasakan sensasinya yang luar biasa. Ada kebanggaan, dan ada tantangan yang luar biasa berjibaku dengan deadline berita yang harus dikirimkan.
Walau saya hanya 30 hari saja sebagai seorang kontributor, namun "aroma" kewartawahan dalam status kontributor itu terasa kental. Saya bisa dengan mudah mendekati public figure atau decisioan makers saat saya menjalani profesi sebagai seorang Kontributor. Sungguh sebuah pengalaman yang luar biasa. 30 Hari Mencari Berita.(Asep Haryono)