Catatan Asep Haryono
Salah Setelah puas berburu souvenir di kawasan wisata Malioboro di Jogjakarta beberapa hari yang lalu, kini tiba saatnya kita berbelanja kembali. Sebagai seorang traveler (bukan Turis-red) hal hal yang semestinya sesuatu yang biasa akan menjadi istimewa jika disampaikan dalam bentuk tulisan atau travel note (catatan perjalanan).
Yang namanya travelling tidak selalu bertaburkan permadani, gunung, pasir , dan sungai atau keindahan saja bak membaca brosur wisata selalu yang indah indah, hal hal yang menjengkelkan selama melakukan travelling juga layak diceritakan. Itulah yang namanya traveling. The more you travel the more you know yourself (Semakin sering anda bepergian semakin dalam anda mengenal diri anda sendiri).
Nah dalam DAY 12 catatan perjalanan mudik saya di Jogjakarta adalah berbelanja Batik di Pasarbering harjo. Bagaimana keseruannya, berikut catatannya.
Sekilas Pasar Bering Harjo
Mungkin ada sebagian dari anda anda yang belum mengetahui di mana itu Pasar Beringharjo. Nah sahabat semuanya, pasar Beringharjo adalah pasar tertua yang sangat terkenal di Jogjakarta. Seperti kata orang adalah tidak lengkap atau belum sampai ke Jogjakarta kalau belum menginjakkan kaki di pasar Beringharjo Jogjakarta ini.
Secara geografis posisi pasar Beringharjo ini “berdempetan” dengan kawasan wisata Malioboro yang juga sudah kondang ke seluruh dunia. Mungkin bisa dikatakan Pasar Beringjarjo merupakan bagian atau “satu tubuh” dengan Malioboro.
Ada makna sejarah yang amat kental dari Pasar Beringharjo ini yang keberadaannya memang sudah ada seja ratusan tahun yang lalu Pasar Beringjarjo tidak bisa dilepaskan dari Kraton Jogjakarta, dan Alun Alun. Dari berbagai sumber banyak disebutkan bahwa nama “Beringharjo” itu sendiri disematkan oleh Hamengku Buwono IX.
“Bering” mempunyai makna “pohon beringin” dan “Harjo” artinya “memberikan kesejahteraan”. Secara kontekstual di era sekarang pemahaman makna Pasar Beringharjo bagi para pelancong DN dan LN adalah sebuah pasar atau tempat berbelanja yang menyenangkan Barngkali demikian p (bering) diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo). Kini, para wisatawan memaknai pasar ini sebagai tempat belanja yang menyenangkan.
Menawar Dengan Bijaksana
Nah saya sendiri bersama dengan Om Sap (masih family dengn istri saya yang memang aseli orang Kulon Progo Jogjakarta-red) boncengan naik sepeda motor berangkat dari Desa Kembang Pundak IV Nanggulann Kulon Progo sekitar pukul 11.00 WIB. Dengan kondisi bensin berisi sekitar 2 litter.
Tidak lama kemudian di tengah perjalanan melewati Ngabean masuk tanda waktu Sholat Zuhur. Saya dan Om Sap pun berhenti sejenak di sebuah masjid di kawasan Ngabean,, Dan alhamdulillah masih dapat Jamaah. Tidak telat (masbuk-red). Tidak sampai 10 menit, kami pun melanjutkan touring dengan tujuan utama tentu saja Pasar Beringharjo, syurganya belanja Batik yang tiada duanya di jagat Indonesia ini. Hehehehe.
Om sap yang saya boncengin ini sebenarnya pembalap. Maksudnya beliau kalau membawa motor berkecepatan lumayan (Setidaknya di atas 40 km/jam seperti yang biasa saya pakai-red). Kemampuannya ber zig zag bahkan untuk ruang sempit di jalan raya pun sungguh tidak perlu diragukan lagi. Saya aja sampai "ngeri" kalau dia yang bawa motor. Hehehe.
"Kamu aja yang bawa motornya ya, soale saya nda punya SIM berabe kalau ada razia" celetik Om Sap. "Iyo weslah rapopo" jawab saya dengan Boso Jowo sekenanya, Hahha
Selama di Jogja ini mau tidak mau saya "dipaksa" menggunakan bahasa Jawa tentu dengan diselingi dengan bahasa Indonesia. Bahasia Nasional ". Kalau di Pontianak saya sudah cukup hafal rute kesana kemarinya, namun saat di Jogja jelas saya harus tanya rute ini itu sama beliau. Ya itung itung beliauu jadi guide gratis gitu deh
Saya dan Om Sap pun sampai di kawasan Pasar Beringharjo. Kami masknya juga dari Malioboro. Setelah mencari parkiran yang agak luas, barulah kami menambatkan motor di sana Mendapat karcis parkir kecil yang tertera angkanya "Rp.3000,-" untuk parkir sampai pukul 14.00 WIB. Jadi kalau dihitung hitung tarif per jam nya sekitar 1.500 perak donk.
Gak apa deh, Lanjut. Motor diparkir, dan kami berdua pun langsung mengubek ubek pasar Beringharjo yang hari itu sudah banjir manusia alias padat tralala. Tujuannya jelas kemeja batik. Soalnya saya juga ada perlu cari Batik buat datang ke Open House nya Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Wakil Gubernur Sri Paku Alam X yang menurut rencana akan diselenggarkaan di Bangsal Kepatihan tanggal 11 Juli 2016 yang akan datang, mulai pukul 09.00 - 1100 WIB.
Terbuka untuk warga Jogja Saya yang warga Pontianak aja mau datang salaman sama orang nomor 1 di DIY ini. Eh biarpun saya warga Pontianak tapi isteri saya orang Kulon Progo, Jogja juga loh. Eaa malah jadi curcol sehhh.
Anda ingin mencari batik di Jogjakarta, ya Pasar Beringharjo adaah tempat yang tepat untuk memuaskan selera anda akan batik batik yang berkualitas dengan harga yang kompetitif Saya tidak bilang murah.
Saya dan Om Sap pun tidak jarang harus "kutu loncat" dari satu kios Batik ke kios batik yang lain. Pasar Beringharjo kan luas dan ada juga dii bagian atasnya (lantai 2). Tidak mendapatkan harga yang "pas dikantong" tapi "pas di hati", ya lanjut lagi ke kios Batik yang lain sampai mendapatkan harga yang untuk pas bagi dua duanya pas di hati dan juga pas di kantong.
Saya yang memang tidak paham Bahasa Jawa menyerahkan "mandat" kepada Om Sap untuk melakukan transaksi tawar menawar jika ketemu Kios Batik yang sesuai dengan kriteria pas pas itu tadi dengan bahasa Jawa.
Alhamdulillah dari sekian Kios Batik yang sudah dilewati akhirnya mendaratlah pada kios pujaan hati Memberi harga yang keren Bahan batik merek Unggul Jaya Primisima dengan harga Rp.40.000,- sudah pas alias tidak perlu ditawar lagi. Karena bagi kami harga itu sudah standard tidak mahal tidak pula murahan.
Teori yang mengatakan harus di tawar setengah jika berbebelanja batik di Pasar Beringharjo tidak selalu berhasil. Harus liat liat dulu situasinya. "Mba yang jual tadi kasih harga 40 ribu sudah tidak bisa ditawar lagi, jadi liat dulu kondisi harganya sebab 40 ribu itu sudah standar tidak mahal jadi tidak boleh ditawar lagi menjadi 35 ribu misalnya" kata Om Sap. Saya bengong aja. Dalam hati saya berkata "iya benar juga ya harga 40 ribu sudah standar tidak bisa ditawar lagi. To be continued. Bersambung (Asep Haryono)
Yang namanya travelling tidak selalu bertaburkan permadani, gunung, pasir , dan sungai atau keindahan saja bak membaca brosur wisata selalu yang indah indah, hal hal yang menjengkelkan selama melakukan travelling juga layak diceritakan. Itulah yang namanya traveling. The more you travel the more you know yourself (Semakin sering anda bepergian semakin dalam anda mengenal diri anda sendiri).
Nah dalam DAY 12 catatan perjalanan mudik saya di Jogjakarta adalah berbelanja Batik di Pasarbering harjo. Bagaimana keseruannya, berikut catatannya.
Sekilas Pasar Bering Harjo
Mungkin ada sebagian dari anda anda yang belum mengetahui di mana itu Pasar Beringharjo. Nah sahabat semuanya, pasar Beringharjo adalah pasar tertua yang sangat terkenal di Jogjakarta. Seperti kata orang adalah tidak lengkap atau belum sampai ke Jogjakarta kalau belum menginjakkan kaki di pasar Beringharjo Jogjakarta ini.
Secara geografis posisi pasar Beringharjo ini “berdempetan” dengan kawasan wisata Malioboro yang juga sudah kondang ke seluruh dunia. Mungkin bisa dikatakan Pasar Beringjarjo merupakan bagian atau “satu tubuh” dengan Malioboro.
Ada makna sejarah yang amat kental dari Pasar Beringharjo ini yang keberadaannya memang sudah ada seja ratusan tahun yang lalu Pasar Beringjarjo tidak bisa dilepaskan dari Kraton Jogjakarta, dan Alun Alun. Dari berbagai sumber banyak disebutkan bahwa nama “Beringharjo” itu sendiri disematkan oleh Hamengku Buwono IX.
“Bering” mempunyai makna “pohon beringin” dan “Harjo” artinya “memberikan kesejahteraan”. Secara kontekstual di era sekarang pemahaman makna Pasar Beringharjo bagi para pelancong DN dan LN adalah sebuah pasar atau tempat berbelanja yang menyenangkan Barngkali demikian p (bering) diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo). Kini, para wisatawan memaknai pasar ini sebagai tempat belanja yang menyenangkan.
Menawar Dengan Bijaksana
Nah saya sendiri bersama dengan Om Sap (masih family dengn istri saya yang memang aseli orang Kulon Progo Jogjakarta-red) boncengan naik sepeda motor berangkat dari Desa Kembang Pundak IV Nanggulann Kulon Progo sekitar pukul 11.00 WIB. Dengan kondisi bensin berisi sekitar 2 litter.
Tidak lama kemudian di tengah perjalanan melewati Ngabean masuk tanda waktu Sholat Zuhur. Saya dan Om Sap pun berhenti sejenak di sebuah masjid di kawasan Ngabean,, Dan alhamdulillah masih dapat Jamaah. Tidak telat (masbuk-red). Tidak sampai 10 menit, kami pun melanjutkan touring dengan tujuan utama tentu saja Pasar Beringharjo, syurganya belanja Batik yang tiada duanya di jagat Indonesia ini. Hehehehe.
Om sap yang saya boncengin ini sebenarnya pembalap. Maksudnya beliau kalau membawa motor berkecepatan lumayan (Setidaknya di atas 40 km/jam seperti yang biasa saya pakai-red). Kemampuannya ber zig zag bahkan untuk ruang sempit di jalan raya pun sungguh tidak perlu diragukan lagi. Saya aja sampai "ngeri" kalau dia yang bawa motor. Hehehe.
"Kamu aja yang bawa motornya ya, soale saya nda punya SIM berabe kalau ada razia" celetik Om Sap. "Iyo weslah rapopo" jawab saya dengan Boso Jowo sekenanya, Hahha
Selama di Jogja ini mau tidak mau saya "dipaksa" menggunakan bahasa Jawa tentu dengan diselingi dengan bahasa Indonesia. Bahasia Nasional ". Kalau di Pontianak saya sudah cukup hafal rute kesana kemarinya, namun saat di Jogja jelas saya harus tanya rute ini itu sama beliau. Ya itung itung beliauu jadi guide gratis gitu deh
Saya dan Om Sap pun sampai di kawasan Pasar Beringharjo. Kami masknya juga dari Malioboro. Setelah mencari parkiran yang agak luas, barulah kami menambatkan motor di sana Mendapat karcis parkir kecil yang tertera angkanya "Rp.3000,-" untuk parkir sampai pukul 14.00 WIB. Jadi kalau dihitung hitung tarif per jam nya sekitar 1.500 perak donk.
Gak apa deh, Lanjut. Motor diparkir, dan kami berdua pun langsung mengubek ubek pasar Beringharjo yang hari itu sudah banjir manusia alias padat tralala. Tujuannya jelas kemeja batik. Soalnya saya juga ada perlu cari Batik buat datang ke Open House nya Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Wakil Gubernur Sri Paku Alam X yang menurut rencana akan diselenggarkaan di Bangsal Kepatihan tanggal 11 Juli 2016 yang akan datang, mulai pukul 09.00 - 1100 WIB.
Terbuka untuk warga Jogja Saya yang warga Pontianak aja mau datang salaman sama orang nomor 1 di DIY ini. Eh biarpun saya warga Pontianak tapi isteri saya orang Kulon Progo, Jogja juga loh. Eaa malah jadi curcol sehhh.
Anda ingin mencari batik di Jogjakarta, ya Pasar Beringharjo adaah tempat yang tepat untuk memuaskan selera anda akan batik batik yang berkualitas dengan harga yang kompetitif Saya tidak bilang murah.
Saya dan Om Sap pun tidak jarang harus "kutu loncat" dari satu kios Batik ke kios batik yang lain. Pasar Beringharjo kan luas dan ada juga dii bagian atasnya (lantai 2). Tidak mendapatkan harga yang "pas dikantong" tapi "pas di hati", ya lanjut lagi ke kios Batik yang lain sampai mendapatkan harga yang untuk pas bagi dua duanya pas di hati dan juga pas di kantong.
Saya yang memang tidak paham Bahasa Jawa menyerahkan "mandat" kepada Om Sap untuk melakukan transaksi tawar menawar jika ketemu Kios Batik yang sesuai dengan kriteria pas pas itu tadi dengan bahasa Jawa.
Alhamdulillah dari sekian Kios Batik yang sudah dilewati akhirnya mendaratlah pada kios pujaan hati Memberi harga yang keren Bahan batik merek Unggul Jaya Primisima dengan harga Rp.40.000,- sudah pas alias tidak perlu ditawar lagi. Karena bagi kami harga itu sudah standard tidak mahal tidak pula murahan.
Teori yang mengatakan harus di tawar setengah jika berbebelanja batik di Pasar Beringharjo tidak selalu berhasil. Harus liat liat dulu situasinya. "Mba yang jual tadi kasih harga 40 ribu sudah tidak bisa ditawar lagi, jadi liat dulu kondisi harganya sebab 40 ribu itu sudah standar tidak mahal jadi tidak boleh ditawar lagi menjadi 35 ribu misalnya" kata Om Sap. Saya bengong aja. Dalam hati saya berkata "iya benar juga ya harga 40 ribu sudah standar tidak bisa ditawar lagi. To be continued. Bersambung (Asep Haryono)
![]() |
RAMAI : Bagian dalam Pasar Beringharjo yang luas, Waspada barang bawaan anda di tempat ramai seperti ini Foto Asep Haryono |
![]() |
RAMAI : Bagian dalam Pasar Beringharjo yang luas, Waspada barang bawaan anda di tempat ramai seperti ini Foto Asep Haryono |
![]() |
MENAWAR : Bijaklah dalam menawar. Jika harga sudah standar, tidak mahal dan tidak kemurahan, sudah tidak pelu ditawar lagi Foto Asep Haryono |
![]() |
TIDAK TERAWAT : Maksudnya baik mengajak para pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya. Sayangnya sang kotak sampah seperi bola. Ketendang sana sini. Nasibnya merana Foto Asep Haryono |
![]() |
BONCENG: Salah satu ruas jalan menuju Malioboro selanjutnya connecting ke Pasar Beringharjo. Cuaca panasnya asyik Tidak sepanas kota Pontianak. Foto Asep Haryono |
![]() |
SEBELAH KIRI : Jika anda menyusuri Jalan Malioboro ke arah selatan, maka Pasar Beringharjo berada di sisi sebelah kiri. Pertandanya cukup mudah Foto Asep Haryono |
![]() |
BATIK : Inilah bahan batik hasil buruan kami menjelajah Pasar Beringharjo. Harga kain ini 40 ribu rupiah, Harga pas Foto Asep Haryono |