Kuala Lumpur. Saat saya mengikuti Youth Engagement Summit (YES) tanggal 16-17 November 2009 ada sedikit catatan menarik yang baru kali ini saya tuangkan dalam tulisan. Ada yang pernah ke Toilet atau WC Umum? Kadang saat melakukan perjalanan baik di mana saja kita harus pergi dan izin sejenak di Toilet atau WC Umum bukan?
Kesan apa yang ada dibenak sahabat semuanya jika mendengar nama "WC Umum" atau Toilet Umum ini? Jawabannya tentu beraneka ragam dan berlainan antara satu dengan yang lainnya.
Terbayang dalam benak kita suasana yang kumuh, kotor bangunannya, dan mungkin saja ada aroma menyengat yang tidak sedap. Gambaran seperti itu pupus sirna ketika saya berjalan jalan di sebuah pasar rakyat di Kuala Lumpur saat itu dan menemukan tempat "Tandas" atau WC Umum yang bersih ruangan dan tempatnya ditambah lagi dengan adanya petugas yang siap sedia membantu. Ah masa iya? Iya memang ada.
Tertib Dan Teratur
Pengunjung yang kebetulan berjalan jalan di sekitar kawasan Pasar rakyat di sekitar Kuala Lumpur dan kebetulan sudah tidak tahan untuk(maaf) buang air kecil atau besar dapat menggunakan fasilitas Tandas (WC) di sini. Memang ada biaya masuknya. Sama seperti yang ada di Indonesia, ke WC pun harus merogoh kocek walaupun terjangkau.
Saya melihat seorang pengunjung yang akan menggunakan "tandas" maka harus menyisipkan coin atau mata uang Ringgit dalam bentuk koin di box yang sudah disediakan. Jadi jika anda tidak membayar dimuka uang receh untuk masuk ke "tandas" , maka pintu tidak akan terbuka. Sudah mirip dengan jalan Tol di Indonesia, ya harus bayar TOL dulu kalau nda ya tidak bisa masuk. Menurut saya ini menarik.
Sepertinya teknik atau model pengawasan dan penataan WC yang ada di Malaysia ini memang menarik. Terjaga kebersihan dan keamanannya. Dan warga yang menggunakan fasilitas "tandas" (WC) pun merasa senang karena bangunan fisiknya bersih, rapih, bahkan harum.
Kesan bau menyengat dan kumuhnya sebuah WC Umum ternyata tidak ada di Malaysia. Bagaimana dengan di Indonesia? Sepertinya kita perlu belajar dari Malaysia bagaimana menata dan mengelola fasilitas umum seperti ini demi kenyamaanan warga.(Asep Haryono)
Kesan apa yang ada dibenak sahabat semuanya jika mendengar nama "WC Umum" atau Toilet Umum ini? Jawabannya tentu beraneka ragam dan berlainan antara satu dengan yang lainnya.
Terbayang dalam benak kita suasana yang kumuh, kotor bangunannya, dan mungkin saja ada aroma menyengat yang tidak sedap. Gambaran seperti itu pupus sirna ketika saya berjalan jalan di sebuah pasar rakyat di Kuala Lumpur saat itu dan menemukan tempat "Tandas" atau WC Umum yang bersih ruangan dan tempatnya ditambah lagi dengan adanya petugas yang siap sedia membantu. Ah masa iya? Iya memang ada.
![]() |
SIAP : Petugas yang mengawasi dan menjaga Tandas (WC) di Malaysia ini siap membantu anda. Foto Asep Haryono |
![]() |
BAYAR : Petugas yang mengawasi dan menjaga Tandas (WC) di Malaysia ini siap membantu pengunjung. Foto Asep Haryono |
Tertib Dan Teratur
Pengunjung yang kebetulan berjalan jalan di sekitar kawasan Pasar rakyat di sekitar Kuala Lumpur dan kebetulan sudah tidak tahan untuk(maaf) buang air kecil atau besar dapat menggunakan fasilitas Tandas (WC) di sini. Memang ada biaya masuknya. Sama seperti yang ada di Indonesia, ke WC pun harus merogoh kocek walaupun terjangkau.
Saya melihat seorang pengunjung yang akan menggunakan "tandas" maka harus menyisipkan coin atau mata uang Ringgit dalam bentuk koin di box yang sudah disediakan. Jadi jika anda tidak membayar dimuka uang receh untuk masuk ke "tandas" , maka pintu tidak akan terbuka. Sudah mirip dengan jalan Tol di Indonesia, ya harus bayar TOL dulu kalau nda ya tidak bisa masuk. Menurut saya ini menarik.
Sepertinya teknik atau model pengawasan dan penataan WC yang ada di Malaysia ini memang menarik. Terjaga kebersihan dan keamanannya. Dan warga yang menggunakan fasilitas "tandas" (WC) pun merasa senang karena bangunan fisiknya bersih, rapih, bahkan harum.
Kesan bau menyengat dan kumuhnya sebuah WC Umum ternyata tidak ada di Malaysia. Bagaimana dengan di Indonesia? Sepertinya kita perlu belajar dari Malaysia bagaimana menata dan mengelola fasilitas umum seperti ini demi kenyamaanan warga.(Asep Haryono)